March 19, 2009

Layakkah Aku Dicintai?

Gang itu tidak begitu sempit. Meski tidak muat untuk papasan, mobil pribadi bisa melewatinya. Orang berlalu-lalang semakin ramai. Siang beranjak menua, waktunya orang-orang pulang dari bekerja. Akhir pekan nampaknya tidak mampu mengurangi kepenatan manusia untuk sejenak melepas lelah. Wajah-wajah yang nampak mewakili bermacam emosi yang tak terucapkan. Emosi mereka hanya dapat dibaca melalui polah dan gerak tubuh yang dinamis, kadang kaku, tidak luwes.


Waktu sudah menemukan ruasnya. Pergantian siang dan malam, tak hanya sekedar melambangkan hilangnya siang berganti malam. Sore, bagi sebagian orang adalah pertanda beralihnya konsentrasi perhatian dari kehidupan dunia ke ukhrawi yang kekal. Pun begitu, malaikat malam mengawali tugasnya meneruskan shift malaikat subuh. Makhluk yang selalu taat kepada tuannya ini secara kontinu mencatat amal perbuatan manusia. Selama hari, selama usia.


Gang itu tak beda dengan gang-gang lain pada umumnya. Terdiri dari sederetan rumah nyaris tak bersela, kecuali pada perpotongan melintang sisinya dengan gang atau jalan lain. Dari sekian banyak rumah, ada satu kediaman yang agak berbeda dengan tetangganya. Meski secara fisik dan arsitektur, pengaruh tradisional masih lekat. Halaman rumah yang tak seberapa luas itu tak berpagar. Namun ada satu bagian yang unik dan berbeda. Pada bagian atas gapura yang terbuat dari rakitan bambu dan kayu, ada dua buah kendi bertuliskan “AIR MINUM GRATIS. SILAKAN AMBIL.” Kendi-kendi itu sengaja disediakan pemilik rumah untuk membasahi tenggorokan mereka yang kekeringan. Menurut cerita orang-orang di sekitar, kebiasaan ini sudah lama dilakukan.



Suatu ketika aku melintasi rumah itu. Dan sepasang kantung air dari tanah liat itu masih berada di tempatnya. Dalam hati aku berkata, “Ahh…biasa saja. Air minum ‘kan murah. Cara mendapatkannya mudah mula. Tinggal beli di warung, tidak perlu repot-repot semacam itu.”

“Kalau hanya ngasih air minum,” batinku melanjutkan monolognya, ”…aku pernah. Toh masih banyak cara lain untuk berbuat baik. setiap Jum’at misalnya, aku mengisi kotak infaq di masijd. Tiap libur tiba, santri-santri TPQ di dekat rumah tak lupa aku ajar. Atau pengemis-pengemis yang kutemui di dalam bus ketika mudik, hampir selalu kuberi.”

Begitulah. Kini aku merasa bahwa pemikiran semacam itu sungguh naif. Aku terlalu berpikir pendek untuk sebuah hal kecil yang aku sendiri belum yakin, apakah aku ikhlash atau tidak. Mungkin, ketika aku memberi segelas air mineral kemasan kepada seorang pengemis, pujian adalah alasannya. Jangan-jangan, gengsi dengan jama’ah di sebelahku adalah latar belakang mengapa aku mengisi infaq tiap Jum’at. Dan mengajar santri-santri TPQ dekat rumah, juga hanya karena aku ingin dipandang sebagai orang yang alim; laki-laki yang shaleh.

Ataghfirullahal’adzim. Berbeda dengan penyedia air minum dalam kendi-kendi itu. Dari kacamata manusia, amal perbuatannya hanya kecil. Lebih kecil dari besarnya donasi seseorang untuk membeli karpet polos untuk masjid. Lebih kecil dari infaq Jum’at seseorang. Tapi dari sudut pandang Allah, menyediakan air minum gratis bisa berarti besar. Para musafir misalnya, yang ketika bekalnya habis di perjalanan, mereka bisa mengisi ulang botol minumnnya yang kosong. Sehingga mereka bisa mencapai tujuan dengan selamat.

Air-air dalam kendi itu menjadi saksi estafet kebaikan pemilik rumah. Kesinambungan. Bukankah Allah lebih menyukai perbuatan kecil namun dilakukan secara terus-menerus, daripada tindakan besar namun hanya dilakukan hanya sekali dua kali. Sedangkan aku, masih sangat jauh dari kesinambungan itu. Belum bisa menjaga keberlangsungan sebuah amal kecil. Seperti garis putus-putus. Insidental.

Ya Allah, sesungguhnya aku ini sangat hina. Bergelimang dosa, namun masih tetap berbuat khilaf dan maksiat. Jika diizinkan, ingin kubenci saja diriku. Tapi aku tidak boleh melakukannya. Karena ternyata masih ada orang-orang yang begitu peduli ketika aku sendiri acuh terhadap diriku. Mereka bahkan rela melakukan apa saja demi aku yang rendah ini. Abah dan ibuku, tak akan pernah lupa untuk menyebutkan namaku dalam doa-doa dan sujud malam mereka yang panjang. Kakakku, hampir setiap malam membasahi mukanya dengan air mata untuk memohonkan ampunan Allah atasku, meski banyak kali kusakiti hatinya. Kawan-kawanku, yang mungkin aku lupakan budi baik mereka, masih saja bersedia meraih tanganku ketika aku terjatuh. Dan Allah Yang Maha Suci, begitu besar cinta-Nya kepadaku. Yang tiap kali kutinggalkan, Ia kuatkan langkahku. Yang tiap kali aku bohongi, Ia tunjukkan kejujuran padaku. Yang tiap kali aku lupakan, Ia ingatkan siapa aku.

Pantaskah aku menerima semua ini? Kadang aku merenung, apa jadinya jika Allah menyingkap semua keburukanku kepada mereka. Allah buka tabir aib yang tak bisa dilihat mereka, hingga tak ada lagi yang tersisa dariku selain noda hitam, pekat, bau, dan menjijikkan. Maukah mereka tetap berada di dekatku? Masih bersediakah mereka menemaniku? Dan jika jawabannya adalah “ya”, sekali lagi aku bertanya, pantaskah aku menerima semua ini?

Sungguh besar kuasa-Mu Rabb. Kau tutup semua keburukanku, hingga aku bisa bertahan di sini. Di antara orang-orang yang menyayangiku, meski sering aku sakiti. Kau bungkam semua aibku dalam kebisuan, hingga tak ada seorang pun yang bisa mendengarnya. Kau butakan mereka atas khilaf yang pernah aku lakukan. Laa haula
walaa quwwata illaa billaah…


Ya Allah, jika Engkau hanya menolong orang-orang yang selalu bangun tiap malam untuk berkhalwat dengan-Mu, lalu siapa yang akan menolong orang yang lalai dalam tidurnya seperti aku?

Ya Allah, jika Engkau hanya memberi petunjuk kepada orang-orang yang menghabiskan waktunya untuk menyerukan agama-Mu, lalu siapa yang menolong orang yang banyak membuang waktunya sia-sia seperti aku?

Ya Allah, jika engkau hanya memberi kekuatan kepada mereka yang teguh menegakkan kebaikan, lalu siapa yang akan meberi kekuatan kepada yang lemah dan banyak berbuat bakhil sepeti aku?

Ya Allah, jika Engaku hanya mencintai mereka yang senantiasa menjauhi maksiat, lalu siapa yang akan mencintai orang-orang yang masih saja berbuat maksiat seperti aku?

* * *

Tik…tak…tik…tak… Kutatap penunjuk waktu yang menggantung di tembok. Sang waktu kembali menemukan ruas-ruasnya. Detik masih berlari, mengubah menit yang berjalan menjadi jam yang bergerak merangkak. Dan kini, aku masih di sini. Duduk sangat dekat dengan waktu. Satu pertanyaan masih beresonansi dalam hati: layakkah aku dicintai…?

12 comments:

  1. saat membaca saya menjadi speechless

    ReplyDelete
  2. terimakasih atas komentarnya =)

    ReplyDelete
  3. Assalamu 'alaykum
    nice blog...kita tetangga yah? kamu dari mana
    salam blogger

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum...

    hmmm maaf yah mas rayya sepertinya saia pernah membaca tulisan kek gini, kalo gag salah karya Prie GS ato Emha Ainun Najib (well..saia ngefans bgt ma mereka berdua) bener gag mas yg cerita ttg kendi2 itu karya Prie GS/Cak Nun??correct me mas yaah...

    kalo bener itu karya mereka alangkah bagusnya kalo mas rayya menyebutkan sumbernya, terima kasih.

    Maaf mas yah :)



    regs,

    us3

    ReplyDelete
  5. wa'alaikum salam...

    @ ahmad farisi: saya anggota komunitas ngapak2, kota dawet ayu, banjarnegara. deket kan?

    @ us3: oh, kendi2 ntu mugnkin juga karya Emha atau Prie GS. saya cuma pernah dengar dari teman sekulah. pokmen makasi banget ia, udah kasih saran. koreksi bagus nih. =)

    ReplyDelete
  6. okaaii...

    thx link back nya :D

    ReplyDelete
  7. Ooo B N? iya deket sekali. wah seneng jg dpt kenalan tetangga, ntar klo pulang bisa mampir he he he...bleh kan?

    ReplyDelete
  8. @ ahmad Farisi: boleh2, silakan mampir. Tapi bawa oleh2 cleopatra ya? Haks...haks

    ReplyDelete
  9. aku tau jawabannya :)

    ReplyDelete
  10. setiap insan berhak untuk dicintai tak peduli siapa dan ba9aimana bentukna..

    pun den9an san9 PeMiLiK NAFAS.kita semua pasti dicintaina tapi carana berbeda di setiap oran9

    ReplyDelete
  11. @ cucuharis: boleh kasih tau?
    @ wi3nd: setiap orang memang beda ya..

    ReplyDelete
  12. alhamdulillah,, siang ini bisa berkeliling di blog mas rayya. . . *mumpung lg luang* , membaca tiap huruf di blog ini membuat saya terharu, termenung, ah. . . terlarutku di dalamnya,,
    alhamdulillah,bisa belajar banyak di sini :D,,

    SEMANGAAT. . !

    ReplyDelete

  © Blogger templates 'Sunshine' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP